Bukan Karena Berdiri atau Duduk, Tapi Suaranya

Bukan Karena Berdiri atau Duduk, Tapi Suaranya

Oleh Anagret Rosalia Eluay

Ribuan peserta Kongres Masyarakat Adat Nusantara Keenam (KMAN VI) masih sangat antusias dari pagi hingga sore, di mana para peserta masih duduk di tribun Stadion Barnabas Youwe (SBY) untuk mendengarkan dialog-dialog yang disampaikan oleh masing-masing peserta yang ada dan dijawab satu persatu oleh berbagai narasumber yang ada di depan panggung pada dialog umum.

Banyak peserta yang menyampaikan aspirasi-aspirasi mereka lewat dialog sore itu tentang krisis-krisis yang mereka alami saat ini di tingkat kampung atau desa, kabupaten/kota, bahkan provinsi mereka masing-masing.

Pembahasan dirangkum dengan sangat jelas oleh Barnabas Suebu S.H. yang juga diundang menjadi salah satu narasumber dialog sore itu.

“Semua yang kalian katakan, semuanya saya setuju. Saya ada disini tidak di pihak siapa saja, saya ada di pihak Anda saja,” ucap pria yang pula akrab disapan Bas itu saat menjawab beberapa pertanyaan yang disampaikan peserta KMAN VI pada Senin, 24 Oktober 2022 di SBY pada sore hari.

“Suaramu adalah suaraku, keluhanmu adalah keluhanku, tangismu adalah tangisku,” kata Bas Suebu. Semua yang sudah dikatakan di sana, berpihak pada Masyarakat Adat.

Bas Suebu menyampaikan bahwa semua perjuangan harus dirumuskan dalam Undang-Undang supaya mengikat pemerintah dan siapa saja.

“Mudah-mudahan hasilnya dari kongres ini, mengatakan bahwa pengesahan Rancangan Undang-undang (RUU) itu urgen. Tidak hanya perlu, tapi penting dan mendesak. Langkah berikutnya UU selesai, mereka harus patuh UU. Semua keluhan ini nanti ditampung dalam UU,” tutup Bas Suebu yang juga dikenal sebagai tokoh Papua  saat keluar dari pintu utama stadion.

***

Penulis adalah jurnalis Masyarakat Adat Papua.


Leave a Reply

Your email address will not be published.