Oleh Abraham Done, Anagret R. Eluay, Anastasya Victoria Samberi, dan Amos Pangkatana
Kampung Nendali di Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua, telah siap menyambut Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI yang akan digelar pada 24-30 Oktober 2022. Kesiapan itu terlihat dari antusiasme Wemfrid Wally selaku Kepala Kampung Nendali saat ditemui di kantor kampung. Beliau menjelaskan bahwa saat ini pihaknya masih terus bebenah, baik dari sisi kesiapan anggaran maupun kesiapan kampung.
Persiapan kampung untuk menyambut peserta sudah dilakukan sejak Juni 2022. Ada pertemuan rutin setiap Jumat yang dilakukan oleh warga untuk aktivitas membersihkan kampung.
Selain itu, persiapan lain yang tengah dilakukan di kampung dalam menyambut KMAN VI, antara lain mempersiapkan 20 rumah yang akan menjadi tempat menginap peserta, kelompok tari yang akan tampil dalam acara penyambutan tamu undangan, serta kelompok usaha kebun dan keramba ikan yang akan menyiapkan makanan. Warga kampung pun menaruh perhatian serius dalam upaya menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan kampung agar para peserta atau tamu dapat nyaman untuk tinggal di kampung. Kampung Nendali telah membentuk tim yang beranggotakan tujuh pemuda adat yang akan bertugas menjaga keamanan kampung.
“Terkait tempat atau lokasi sarasehan yang berlokasi di Ebhai Bei Obhe Nendali atau rumah adat, kami akan membuat dermaga mini dan membangun tenda sebagai tempat makan,” ujar Wemfrid.
Persiapan penyambutan peserta KMAN VI secara khusus juga akan melibatkan warga yang rumahnya akan digunakan untuk tempat menginap peserta. Di rumah-rumah itu, warga telah mempersiapkan sanitasi dan fasilitas pendukung lainnya dengan baik.
Menurut Wemfrid Wally, kedatangan peserta KMAN VI akan disambut baik sebagai tamu. Kami siap menerima tamu dan (para tamu) tidak mungkin ditolak, tambahnya.
Namun demikian, kampung masih memiliki kendala dalam mempersiapkan kedatangan peserta maupun tamu. Salah satu tantangan itu adalah kurangnya koordinasi dengan pemerintah setempat dan panitia KMAN VI serta koordinasi dengan ondoafi (sebutan atau kedudukan selayaknya pemimpin Masyarakat Adat di Sentani). Wemfrid juga mengutarakan bagi peserta atau tamu yang muslim agar tidak khawatir dengan makanan dan sentuhan dengan babi. Ia bilang, warga kampung yang memiliki babi telah dihimbau agar mengandangi hewan ternaknya, sehingga tidak akan ada babi yang berkeliaran di lingkungan kampung.
“Kita menyampaikan kepada warga untuk memasukan babi di kandang,” katanya.
Terlepas dari kendala yang dihadapi itu, Kepala Kampung Nendali mengatakan bahwa kampungnya telah siap untuk menyambut peserta dan membuka kampungnya untuk menjadi bagian dari KMAN VI di Wilayah Adat Tabi, Papua.
***
Para penulis adalah jurnalis rakyat dari Masyarakat Adat di Jayapura, Papua.