Oleh Selvi Apaseray
Meski harus menempuh perjalanan yang relatif jauh, yaitu perjalanan menggunakan sepeda motor dari rumah menuju arena Kongres Masyarakat Adat Nusantara Keenam (KMAN VI) di Stadion Barnabas Youwe (SBY), – berjarak kurang lebih empat sampai lima kilometer – Maria Giay tetap semangat membawa hasil kerajinan tangan khas Papua berupa noken, gantungan kunci, dan lain-lain.
Maria Giay merupakan salah seorang dari suku yang berasal dari Paniai. Ia ditemani saudara laki-lakinya, berjualan mengunakan sepeda motor dari Waena untuk membawa noken dan hasil karya tangan yang lain dan juga hasil dari saudara-saudaranya.
Maria Giay mulai berjualan di kompleks SBY pada hari ketiga pelaksanaan KMAN VI. Ia mengutarakan bahwa ia mendapatkan hasil penjualan Rp300 ribu per harinya.
Di hari pertama, Maria mencatat kalau hasil jualannya mencapai Rp300 ribu. Dengan modal Rp100 ribu, maka ia untung Rp200 ribu.
“Itu hasil yang saya dapat kemarin setelah bejualan di lapangan Stadion Barnabas Youwe,” ceritanya.
Maria Giay juga menceritakan bahwa ia sempat berjualan di kawasan Pantai Kalkhote yang menjadi lokasi Festival Danau Sentani (FDS), namun dari seluruh noken yang dibawanya, hanya satu yang laku.
“Di FDS, saya berjualan, tapi sepi jualan saya. Dan, saya hanya mendapatkan Rp100 ribu,” ucap Maria.
Ia menjual noken dengan harga bervariasi sesuai ukuran dan jenis bahannya, yakni antara Rp100 sampai Rp500 ribu. Selain noken, Maria juga membawa hasil kerajinan lain, seperti gantungan kunci, gelang, dan lain-lain yang dibuatnya sendiri.
“Kalau saya berjualan, ini hanya untuk menjamin makan hari-hari saya,” ucapnya.
Maria Giay sangat mendukung penyelenggaraan KMAN VI dan berharap bahwa KMAN VI dapat berjalan dengan baik dan aman, sehingga ia dapat berjualan noken dan hasil kerajan tangan lainnya.
***
Penulis adalah jurnalis Masyarakat Adat Papua.