Oleh Nurdiyansah Dalidjo
Pagi telah riuh di Lapangan Theis Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Ribuan Masyarakat Adat dari berbagai penjuru Nusantara telah berkumpul pada pukul 06.00 WIT. Meski hujan deras mengguyur langit Sentani pagi itu, namun – ketika langit berangsur-angsur kembali cerah – rombongan Masyarakat Adat melanjutkan tari dan lagu diiringi bermacam alat musik tradisional. Dengan bangga, Masyarakat Adat pun mengenakan pakaian adatnya dengan ragam warna, bentuk, dan kekhasan.
“Kami sudah menempuh perjalanan jauh untuk sampai ke sini,” ungkap Ketua Badan Pelaksana Harian (BPH) AMAN Kepulauan Mentawai Afridianda.
Rombongan dari Kepulauan Mentawai telah menempuh perjalanan laut menuju Kota Padang, lalu melanjutkan perjalanan udara dengan menyinggahi beberapa bandara sebelum akhirnya tiba di Jayapura. Afridianda menambahkan kalau ombak kala mereka berangkat sedang besar, sehingga perjalanan memakan waktu lebih lama dari biasanya.
Tentu saja, hal serupa juga dialami oleh banyak Masyarakat Adat. Perjalanan menuju lokasi Kongres Masyarakat Adat Nusantara Keenam (KMAN VI) di Wilayah Adat Tabi, Papua, memang tidak mudah. Namun, itu tak menyurutkan semangat Masyarakat Adat untuk turut berpartisipasi dalam perhelatan terbesar lima tahunan tersebut. Apalagi, itu adalah kali pertama bagi AMAN menyelenggarakan KMAN di Papua.
Pagi itu, teriakan Ketua Panitia KMAN VI Eustobio Rero Renggi, memulai dilaksanakannya Kirab Budaya: “Rombongan dari Masyarakat Adat Papua sebagai tuan rumah, dipersilakan untuk jalan terlebih dulu!”
Seketika teriakan yang membakar semangat pun kian terdengar nyaring saat berbagai komunitas Masyarakat Adat dari Provinsi Papua mulai melakukan Kirab Budaya. Kirab Budaya sendiri menjadi penanda atas pembukaan KMAN VI yang diselenggarakan pada 24-30 Oktober 2022.
Lautan manusia dengan ragam warna Masyarakat Adat tumpah ruah ke jalan utama, di mana Kirab Budaya dilakukan dengan pawai Masyarakat Adat Nusantara yang berjalan kaki sejauh sekitar dua kilometer. Kirab Budaya berlangsung selama sekitar dua jam. Saat itu, masyarakat sekitar menyambut hangat dengan ikut berpawai maupun melambaikan tangan di tepian jalan. Kirab Budaya pun menjadi penegasan atas identitas dan eksistensi dari keberadaan Masyarakat Adat sebagai bagian dari Indonesia.
“Tanpa Masyarakat Adat, tidak akan mungkin ada Pancasila. Dan, tanpa Masyarakat Adat, tidak akan mungkin ada negara Indonesia,” ungkap Barnabas Suebu, Gubernur Papua ke-9 pada perhelatan pembukaan KMAN VI di Stadion Barnabas Youwe.
***